Psycho Coffee Morning ☕
Oleh : Ani Ch, penulis buku & praktisi pendidikan keluarga
Kemandirian (bagian 1)
Dalam sebuah sesi training parenting, seorang ibu bertanya, "Apa sih gunanya mengajari anak makan tanpa disuapi? Anak jadi susah makan banyak, kotor krn makanan berceceran, lama juga akhirnya makannya, kan jadi ribet. Katanya untuk latihan kemandirian. Anak saya itu bisa makan sendiri, kan sudah cukup. Masak ya harus tiap hari dia makan sendiri, dia kan masih kecil. Saya ini, masih disuapi ibu saya sampai besar, ternyata bisa juga mandiri ketika besar, waktu sudah jadi ibu rumah tangga, saya akhirnya bisa juga masak, bersih2, ngurus rumah semuanya sendiri"
Ahhhh ibu...tapi Anda jadi orang yang agak mudah mengeluh, kurang sabar, & kurang telaten dalam menghadapi kesulitan..Lha anaknya makan lama & berceceran, kok ya ngersulo tho...
Jawaban diplomatis kucoba dahulukan..aku nggak mungkin menghakimi sikap ibu yg mudah mengeluh ini....jadi kusampaikan bahwa untuk saat ini makan tanpa disuapi adalah media pematangan motorik kasar & motorik halus..kenapa di jaman dulu nggak penting, krn anak2 main fisik setiap hari, gobak sodor, petak umpet, lompat tali, bekel, dakon, dsb..dan ini cukup utk mematangkan motorik. Lha anak jaman sekarang waktu luangnya untuk televisi & gadget..kurang media pematangan motorik. Makannya aktivitas makan, yg menggerakkan bahu, siku, & pergelangan tangan bisa dianggap latihan motorik.
Sebenarnya memang semua aktivitas kemandirian fisik selain makan berkontribusi utk media 'latihan pematangan sistem motorik', dimana jika motorik matang maka akan mudah terbentuk atensi-konsentrasi, modal dasar belajar.
Teman, makan tanpa disuapi adalah bagian dari keterampilan yg harus dikuasai anak agar memiliki kemandirian level 1 : kemandirian fisik, artinya kemandirian yg melebih banyak melibatkan aktivitas fisik. Apa saja selain makan...masih banyak
Cuci tangan sendiri
Makan minum sendiri
Memakai & melepas baju
Memakai & melepas atribut
BAK & BAB sendiri
Mandi & menyikat gigi
Memberskan barang pribadi
Teman, bukan cukup dengan membuat anak BISA melakukan itu semua. Meskipun setidaknya jika anak2 BISA, maka itu akan jadi bekal hidupnya di masa mendatang agar bisa 'melayani dirinya sendiri', sehingga tidak butuh banyak bantuan orang lain.
Yang tak kalah penting adalah bahwa anak2 juga TERBIASA melakukannya...dr kebiasaan dan rutinitas kemandirian fisik inilah yg akan melahirkan 'outcome' luar biasa.
Sebagaimana aktivitas renang bisa membuat jantung & paru2 lebih sehat, hanya jika RUTIN dilakukan, maka aktivitas kemandirian fisik ini juga bisa menghasilkan hal2 berikut jika bisa menjadi kebiasaan,
tumbuhnya tanggung jawab pribadi
munculnya daya juang & sikap tidak mudah mengeluh
munculnya kemampuan mengendalikan diri.
Kok bisa? Bagi anak2 aktivits kemandirian fisik adalah "sesuatu yg tdk mudah dilakukan", nah jika yg "tidak mudah" ini sering dilakukan maka terjadilah banyak "pengalaman melakukan hal2 yg tidak mudah", sehingga dg pengalaman itu, terbentuklah karakter tsb diatas.
Sekali lagi TERBIASA, kebiasaan memunculkan pengulangan perilaku, pengulangan perilaku membentuk karakter, karakter tumbuh menjadi bagian kepribadian.
0 komentar:
Posting Komentar