Tema : Komunikasi Produktif
oleh : Dodik Mariyanto
“Suami saya tidak pernah berkomunikasi, Pak. Kalau j di rumah dia cuma diaaam saja.”
Pernah mendengar kalimat di atas?
Mari kita luruskan dulu, barangkali yang dimaksud adalah sang suami sedikit berbicara dengan sang istri (dan mungkin juga dengan anak-anaknya). Dalam konteks hubungan antar manusia, tidak mungkin orang tidak berkomunikasi. Bahkan ketiadaan pesan adalah juga sebuah pesan.
“Biasanya Mas seminggu sekali pasti telepon. Ini sudah 3 minggu kok tidak ada kabar beritanya?”
Anda menangkap pesannya?
Pesan dapat diwujudkan dalam kata-kata, ekspresi wajah, sorot mata, gerak tangan, gerak tubuh dan juga bahkan dalam diam. Setiap elemen memiliki daya. Ada kalanya suatu pesan powerful saat disampaikan dengan kata-kata, adakalanya cukup dengan ekspresi wajah, atau bahkan diam lebih berdampak besar.
Setiap orang juga bisa punya gaya sendiri, yang sesuai dengan dirinya. Tokoh berikut mungkin dapat member gambaran: Soekarno kuat dengan kata-katanya, tulisan dan juga aspek visualnya. Sementara Soeharto banyak mengirimkan pesan dengan diam dan senyumnya.
Anda bisa membayangkan film Mr. Bean dipenuhi dengan kata-kata?
Lalu bagaimana kita bisa mengetahui gaya komunikasi yang cocok untuk kita? Bagaimana kita tahu pola komunikasi yang paling efektif untuk kita?
Cara sederhana adalah ikuti aturan ‘Look for the response ~ I’m responsible for my communication results.’
Lihatlah respon dari kawan bicara kita. Apakah ia mengerti dengan baik? Apakah ia menerima pesan kita dengan baik? Apakah ada penolakan? Apakah ada ketidaksukaan? Dll.
Lalu kita belajar bahwa apapun respon dari kawan komunikasi kita itu SEPENUHNYA adalah tanggung jawab kita sebagai pengirim pesan (komunikator).
Mari belajar untuk tidak menyalahkan kawan bicara kita atas ketidakmengertiannya, kesalahpahamannya, hasil yang keliru, dsb.
Latihan dasar, coba perhatikan apakah kehadiran kita ketika anak-anak dan suami/istri sedang kumpul menambah kegembiraan? Atau justru menghadirkan persoalan?
Perhatikan perubahan itu terjadi sejak awal kita bergabung? Di tengah? Atau di akhirnya? Pada saat kita mengucapkan kata apa? Atau saat kita bertingkah seperti apa?
Cermati apakah hal itu berulang terjadi?
Apakah Anda ingin mengubahnya? Menghilangkannya? Atau mempersering kemunculannya?
Gaya komunikasi kita bukanlah sesuatu yang ujuk-ujuk terjadi, bukan warisan dari leluhur. Gaya komunikasi kita adalah kristalisasi dari latihan berulangkali dan bertahun-tahun, baik latihan itu kita sadari dan kita rencanakan, ataupun kita tidak sadar telah melatihnya setiap hari, setiap jam dan setiap menit dengan mengulang-ulang memakainya di setiap kesempatan.
Gaya komunikasi kita akan banyak memberi warna kepada anak-anak kita. Anak-anak adalah pencontoh yang baik. Adakah kita sudah menjadi contoh yang baik? Apakah kita memiliki gaya komunikasi yang unggul?
Mari berlatih.
Jumat, 10 Juni 2016
Komunikasi Produktif oleh : Dodik Mariyanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar